Tampilkan postingan dengan label Artikel Rohani 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Rohani 3. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 Mei 2021

Pacaran Yang Kristiani


 

PACARAN YANG SEHAT VERSI KRISTEN

 

A.    KONDISI PERGAULAN GENERASI MUDA SEKARANG

Pada dasawarsa belakangan ini kita seolah-olah telah ditunjukkan pada suatu fakta yang memperihatinkan terutama berkaitan dengan kondisi pergaulan para remaja/pemuda di Indonesia. Dahulu kita cukup berbangga dengan moralitas dan etika yang diwariskan oleh adat ketimuran, yang luhur, namun kondisi kehidupan generasi muda sekarang telah terkontaminasi oleh sekularisme sehingga menjadi bobrok. Hal ini dubuktikan dengan terus meningkatnya angka kehamilan di kalangan remaja yang membuat miris hati semua orang tua dimanapun mereka berada, Bahwa menurut data survey Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia tahun 2005[1],

§  Terdapat 15 juta remaja usia 15-19 tahun yang melahirkan setiap tahunnya.

§  Bahwa remaja Indonesia usia 10-24 tahun pada saat itu sudah mencapai 62 juta jiwa (30,3% dari total penduduk Indonesia),

§  Dan bahwa 15% dari mereka telah melakukan hubungan seks diluar nikah

§  Bahwa setiap tahun terdapat 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana 20% diantaranya adalah aborsi yang dilakukan oleh remaja! Artinya ada 460 000 kasus pertahun

dan hingga kini jumlah (seks pranikah dan aborsi) itu terus mengalamii peningkatan. Bahkan pada tahun-tahun terakhir ini di Kota Malang, seorang mahasiswi yang berasal dari Australia melakukan survey terhadap mahasiswa/I di sana mendapati bahwa lebih dari 60% dari mereka telah melakukan hubungan seks di luar nikah, belum lagi jika hal ini ditambah dengan survey yang telah dilakukan di Jogjakarta tentang virginitas mahasiswi di kota itu, yang lebih dari 80% telah kehilangan virginitasnya, menambah semakin bobroknya pola berpacaran generasi muda sekarang ini.

          Generasi muda Kristiani telah dipanggil oleh Allah sebagai “terang an garam dunia”(Mat 5:13-16) yang seharusnya menampilkan pola pacaran yang berbeda dengan yang orang “dunia” lakukan. Pola pacaran yang bukan hanya menjadi berkat dan membangun diri sendiri dan pasangannya, tetapi juga menjadi berkat dan teladan bagi orang lain juga

 

B.    PEMAHAMAN TENTANG PACARAN

Pada usia 14-22 tahun seseorang akan memasuki suatu fase yang baru yaitu dimana ia mulai mengubah orientasi sosialnya, dari orientasi kepada kelompok ke orientasi yang bersifat personal. Pada fase usia pertumbuhan  ini mulai munculnya ketertarikan kepada lawan jenis dan berupaya menjalin hubungan yang istimewa diantara keduanya, yang disebut berpacaran. Kata pacaran sangat popular di kalangan generasi muda sekarang ini, dan biasanya istilah tersebut diubah dengan bahasa-bahasa “gaul” seperti “dating”, “apel” dlsb. Pacaran merupakan hubungan dua orang yang tidak sejenis dengan berdasarkan rasa cinta.

Dalam konteks hubungan lawan jenis sampai pada batas jalinan pernikahan, biasanya sebelum keputusan  itu diambil, pola hubungan mereka berdua harus melalui tiga fase, yaitu persahabatan (petemuan), pacaran (perkenalan), dan pertunangan. Dalam pembahasan kali ini akan dibahas dua fase pertama saja

 

1.     Tahap Pertemuan

Tahap ini merupakan pertemuan dua insan yang saling tertarik secara khusus dan masing-masing terpesona. Keduanya selalu bersukacita dalam tiap pertemuan. Tahap ini dikenal sebagai tahap “PDKT” yang tidak mungkin terjadi pertengkaran. Ada rindu untuk berjumpa dan bercakap-cakap, belum melakukan pendekatan fisik , dan kebahagiaan yang mereka dapatkan tidaklah kekal atau bertahan lama, karena masing-masing mempunyai emosi dan tanggapan yang realistis dan normal.

 

2.     Tahap Perkenalan

Tahap ini merupakan tahap tindak lanjut, dimana kedua orang tersebut melakukan observasi guna melakukan penjajakan-penjajakan untuk melihat tingkat kecocokan di antara keduanya. Tahap ini masing-masing pihak berupaya mengenal kepribadian masing-masing, menguji apakah mereka benar-benar saling mencintai, dan menerima keberadaan pasangan secara utuh dengan segala kelemahan-kelemahannya.

Dua fase tersebut masih bersifat sangat fleksibel, namun dalam konteks berpacaran ini, pengenalan dan ketertarikan di antara keduanya masih bersifat sangat temporer, karena usia mereka masih belum siap untuk mengangkat suatu “janji setia” karena kondisi psikologis yang masih labil dan lekas berbalik. Alam jiwa muda/i usia mereka belum mengijinkan untuk mengikat diri dengan ikrar “cinta sampai mati” karena mereka belum sanggup menepatinya, meskipun itu diucapkan dengan sungguh-sungguh, karena kesungguhan itu baru kesungguhan seorang muda yang belum siap untuk sungguh-sungguh.

 

C.    PACARAN “TEMPOE DOELOE” DENGAN MASA KINI

Untuk kita yang hidup di dalam konteks adat ketimuran tentu memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan adat budaya barat (Eropa dan Amerika) baik menyangkut pola pikir/gaya berfikir, orientasi hidup, pandangan hidup,dll. Pada zaman dulu orang tua kita hanya menyetujui berpacaran di dalam rumah orang tua, atau berpacaran bersama dengan anggota keluarga, berpacaran sungguh-sungguh menunjung tinggi etika dan kehormatan, namun pola ini sekarang dianggap “kuno, kolot, expired” dan mulai ditinggalkan.

Pemuda-pemudi sekarang sudah mulai bebas dalam banyak hal, secara khusus di kota. Berpacaran berduaan, keluar rumah berduaan tidak langsung dicela baik oleh orang tua maupun masyarakat.

Pola pacaran masa kini lebih berorientasi dan dipengaruhi oleh Film, sinetron, majalah-majalah, dan roman-roman/cerita asmara. Mengapa hal ini terjadi ? karena

  • Orang tua tidak pernah memberikan bimbingan yang benar,

  • Gereja kurang memberi  perhatian pada masalah-masalah praktis ini.

  • Masyarakat tidak menciptakan iklim yang baik untuk berpacaran yang sehat.

  • Generasi muda yang cenderung humanist dan sekuler

Meskipun Alkitab tidak secara langsung membahas dan mengatur pola berpacaran yang Kristiani, tetapi seharusnyalah kita tetap beroeientasi pada pola pernikahan yang dianugerahkan Allah melalui Alkitab, sehingga seharusnya pola berpacaran Kristen berbeda dengan pola berpacaran orang di luar Tuhan pada umumnya,

  • Pacaran duniawi bertujuan mencari pengalaman dan kenikmatan dalam hubungan cinta, tetapi pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat hubungan ini sebagai kemungkinan titik tolak yang menuju  kepada pernikahan.

  • Pacaran duniawi memanfaatkan tubuh pasangannya untuk perasaan seksual (ciuman, pelukan dan ujungnya adalah seks), sedangkan pacaran yang Kristiani memandang tubuh pasangan sebagai rumah kediaman Roh Allah yang dikagumi dan dihargai.

  • Pacaran duniawi berorientasi pada masa kini, sehingga seringkali meninggalkan luka-luka batin ketika terjadi perisahan, sedangkan pacaran yang Kristiani berorientasi pada masa depan sehingga membatasi intimasi jasmaniah dan masing-masing harus dapat melepaskan satu dengan yang lain tanpa luka.

Salah satu contoh pacaran duniawi yang dituliskan oleh Alkitab adalah kisah antara Tamar dan Amnon (2 Samuel 13:1-20) yang berujung pada malapetaka dan kesusahan, sedangkan kisah antara Yusuf dan Maria sebelum mengandung Yesus, adalah salah satu contoh model berpacaran yang sangat ideal, yang patut diteladani oleh generasi muda masa kini.

 

D.    ALASAN-ALASAN BERPACARAN

Ada beberapa alasan yang baik untuk menjalin suatu hubungan berpacaran yang sehat, antara lain :

    • Untuk mengembangkan keterampilan bergaul (komunikasi, sensitifitas/kepekaan, empati, dsb)

    • Untuk mendapatkan waktu yang menyenangkan (aspek rekreatif).

    • Untuk menikmati pribadi lain, yaitu seluruh kepribadian pasangan.

    • Untuk menikmati perasaan bahwa anda sepenuhnya diterima secara sungguh-sungguh oleh orang lain.

    • Untuk bertumbuh di dalam Kristus melalui persekutuan dengan seseorang lain yang seiman.

Tetapi jangan sekali-kali membangun suatu hubungan berpacaran hanya karena suatu motif atau keinginan :

  • Hanya untuk mengesankan orang yang diajak berkencan.

  • Hanya untuk mendapatkan kepuasan seksual.

  • Hanya untuk membangun “keakuan” diri sendiri.

  • Untuk memanfaatkan orang lain memenuhi berbagai kebutuhan-kebutuhan anda.

 

E.    DASAR-DASAR YANG DIBUTUHKAN DALAM PACARAN SEHAT

1.     Pengertian Yang Benar

Jika kita mencermati kisah Tamar dan Amnon maka hal itu membawa satu akibat yaitu membuka pengertian, bukan hanya kepada orang tua tentang pergumulan seorang pemuda/i namun juga bagi generasi muda sendiri, untuk mengerti tentang dirinya sendiri sedalam-dalamnya, dorongan-dorongan seksualnya, kelemahan-kelemahan dan kelebihannya, pengaruh-pengaruh pergaulan dengan teman-temannya. Pengertian tepat terhadap konsep pacaran yang benar, dampak-dampak jika melanggar kesucian dalam pacaran, dan refleksi terhadap pengalaman hidup orang lain (misalnya kisah Amnon dan Tamar) seharusnya membentuk pola pikirnya.

2.     Kejujuran yang Tulus

Kejujuran terhadap Tuhan, diri sendiri, dan kepada pasangan adalah dasar yang harus terus dibangun dalam berpacaran. Jujur kepada Tuhan memungkinkan kita menyediakan diri dituntun oleh Allah menuju kepada pacaran yang menjadi berkat, jujur kepada diri sendiri memungkinkan kita berfikir dan bertindak secara benar dan baik, jujur terhadap pasangan memungkinkan terjalinnya kasih yang tulus dan murni.

3.     Iman yang Bertumbuh

Iman kepada Yesus memungkinkan kita dilepaskan dari belenggu dosa dan kutuk yang terus mengarahkan kita kepada kecenderungan pikiran dan prilaku yang berosa dalam pacaran. Iman yang terus bertumbuh menanamkan paradigma berfikir yang benar dan kudus, memberikan daya potensial yang memampukan kita melakukan pacaran yang sesuai dengan kehendak Allah.

 

F.    BEBERAPA FAKTOR PERTIMBANGAN DALAM MENCARI PASANGAN

Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan untuk mencari jodoh yang biasanya berlaku secara umum. Misalnya

a.     Perangai yang menarik

Menurut survey yang dilakukan pada mahasiswa, 86% mengatakan bahwa perangai yang menarik adalah faktaor yang paling menentukan dalam memilih pacar (bukan kecantikan/ketampanan fisik dan kecerdasan). Perangai adalah pembawaan diri, yang tidak ditentukan oleh temperamen-temperamen tertentu. Jika temperamen itu diperbarui oleh Roh Kudus ia akan dinyatakan dalam temperamen yang menarik, temperamen apapun itu.

b.    Kesesuaian temperamen

Manusia memiliki keunikan temperamen yang luar biasa, sehingga tidak ada satupun manusia yang memiliki temperamen sama persis. Temperamen yang sama dalam hubungan berpacaran biasanya sangat memudahkan dalam komunikasi dan penyesuaian/pengertian, namun hal ini juga dapat menyebabkan hubungan menjadi statis dan terus ada dalam posisi status quo. Temperamen yang berbeda dalam pasangan sering menimbulkan goncangan-guncangan pada awal hubungan karena komunikasi dan pengertian menjadi “break down”, namun jika hubungan itu bertumbuh dalam Kristus maka mereka justru akan masuk ke dalam dimensi-dimensi pengertian dan cinta kasih yang lebih dalam.

c.     Umur dan Pendidikan

Rentangan usia dan jejang pendidikan sering menjadi masalah penting mempengaruhi dalam hubungan, kematangan fisiolofis dan psikologis menentukan juga tingkat kualitas hubungan yang dibangun.

d.    Latar belakang social, suku dan bangsa

Tiga aspek ini jika menjadi masalah dalam suatu hubungan sangat sulit diatasi, membutuhkan tingkat kematangan dan kedewasaan untuk menyelesaikannya, perlu kasih yang tulus untuk memecahkannya.

 

G.   BATASAN-BATASAN PACARAN

1.              Berkaitan dengan Seks

Hidup manusia secara fisiologis memiliki dua dorongan naluriah,

  • Dorongan makan, yaitu suatu dorongan untuk mempertahankan hidup.

  • Dorongan seksual, yaitu suatu dorongan untuk melanjutkan hidup.

Kedua dorongan itu memiliki kesamaan dalam hal kemampuannya menguasai pikiran dan tindakan selanjutnya yang akan diputuskan oleh suatu individu, namun keduanya sangat berbeda dalam banyak hal, salah satunya bahwa nafsu makan tidak dapat dikontrol, sedangkan nafsu seksual dapat dikontrol, nafsu makan tidaklah menimbulkan efek psikologis, sedangkan nafsu seks selalu menimbulkan efek fisiologis, maupun efek psikologis.

Dorongan seksual dan seks itu sendiri telah dirancang oleh Allah hanya diperuntukkan bagi pasangan yang sudah diikat oleh pernikahan sebagai ekspresi kesatuan antara suami dengan istrinya, sebab hubungan seks ini begitu istimewa sehingga hanya dapat berkembang paling baik bila dilakukan di dalam lingkungan yang terlindung, yaitu ikatan pernikahan (I Kor 6:9-20). Dorongan seksual itu sebenarnya anugerah yang berharga dari Allah untuk manusia karena menyanggupkannya untuk ikut serta dalam proses penjadian manusia, sehingga daya seks itu bersifat positif, namun juga eksplosif, yang menantang generasi muda untuk menaklukkannya sehingga ia dituntun untuk semakin dewasa.

Seks yang dilakukan di luar pernikahan di satu sisi adalah suatu bentuk penghianatan terhadap Roh Allah, dan di sisi lain akan kehilangan tujuan yang untuknya Allah merencanakannya, yaitu untuk menyatukan dua orang bersama-sama dalam segala segi. Dosa akan merusak sifat-sifat alamiah kita, termasuk dorongan seks itu sendiri. Selain alasan tersebut di atas, ada beberapa alasan praktisnya mengapa seks sebelum menikah sangat merusak,  yaitu :

§  Seks meminta keintiman yang luar biasa sehingga menimbulkan ikatan kepercayaan di antara dua orang, sehingga seks di luar nikah akan melemahkan kepercayaan itu dan menanamkan benih-benih ketidak percayaan di antara pasangan.

§  Seks dalam pacaran membawa ancaman perbandingan bagi pasangan. Ingatan akan pengalaman seksual pada masa silam dapat mempersulit kenikmatan penuh dari hubungan seks dalam pernikahan.

§  Seks dalam pacaran menyesatkan pandangan kita tentang seks itu sendiri, karena kita akan mulai menganggap seks itu cinta, bukan sebagai ungkapan rasa cinta.

§  Seks dalam pacaran  merugikan banyak pihak (I Kor 6:18).

§  Hubungan berpacaran yang diwarnai dengan seks akan membentuk kedua pribadi hanya saling memanfaatkan demi kenikmatan diri sendiri dan hal itu tidak akan berjalan langgeng.

§  Hubungan berpacaran akan dinodai dengan rasa berdosa/bersalah, saling curiga, perasaan takut, dan akhirnya romantisme akan memudar.

§  Anda akan menipu diri sendiri dengan menganggap anda sedang jatuh cinta, mabuk asmara, tetapi sebenarnya daya tarik itu hanya bersifat jasmaniah saja.

§  Banyak pria yang enggan menikah dengan wanita yang pernah melakukan hubungan seks dengan orang lain.

 

2.          Berkaitan dengan Tanggung Jawab

Dalam berpacaran setiap orang masing-masing mempunyai tanggung jawab yang menurut idealnya seharusnya dipenuhi :

 

a.     Tanggung Jawab Wanita

Seorang wanita telah disetting unik oleh Allah, yang cenderung mengungkapkan sesuatu secara verbal, artinya istimewa dalam pengungkapan melalui kata-kata atau ucapan, sehingga seharusnya berkontribusi terhadap pertumbuhan pacar dengan bersikap terbuka, mau mendengar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang baik. Ia seharusnya mengekang kekuatannya untuk mengikat pacarnya dengan kata-kata, dengan senyumnya, pakaiannya, dan gerak-geriknya. Seorang wanita sedang mengkhianati kasihnya apabila berusaha menggoda untuk merangsang nafsu pasangannya.

 

b.    Tanggung Jawab Pria

Sebagai seorang pria, anda seharusnya mengambil tanggung jawab untuk kepemimpinan rohani tanpa sikap menguasai, selalu memikirkan akan kebaikan/kesejahteraan pasangan, merencanaan waktu berpacaran sesuai dengan kesepakatan, dan terus belajar berkomunikasi dengan verbal, bukan dengan sentuhan.

 

H.    HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PACARAN

Baiklah dalam berpecaran selalu melakukan intropeksi diri dengan mempertanyakan beberapa pertanyaan ini pada diri sendiri

  • Apa motif saya dalam berpacaran ? egoisme atau menghormati orang lain

  • Apakah saya telah menempatkan pacar saya sebagai suatu pribadi yang utuh ?

  • Apa hubungan saya ini menolong saya mengenal diri sendiri dan Kristus lebih baik ?

  • Apakah pacar saya mendorong saya untuk taat kepada Allah ?

  • Apakah saya melakukan ini karena dorongan arang tua, kawan-kawan, atau pacara ?

  • Apakah saya sedang berupaya memenuhi kebutuhan yang seharusnya di penuhi oleh Allah ?

 

Sedapat mungkin ia harus mampu :

  1. Hindari kontak fisik dengan pasangan sebisa mungkin (bahkan bergandengan sekalipun), dan lebih banyak bicara dengan pasangan. Karena bila kontak fisik sudah lebih dari pembicaraan, maka anda dan pasangan akan mengangap kontak fisik itu biasa, dan akhirnya dapat ber ujung pada sex pra nikah.

  2. Hindari berduaan dengan pasangan ditempat yang kurang pencahayaannya dan/atau sepi (termasuk bioskop, diskotik, dll). Karena akan sangat mudah untuk dapat terbawa untuk berpikir yang tidak-tidak, dan akhirnya melakukan yang tidak berkenan di mata Tuhan.

  3. Belajar untuk peka dengan suara Roh Kudus, dan menaatinya. Karena Roh Kudus akan membimbing kita ke jalan yang benar.

  4. Mintalah pendapat orang tua tentang pasangan kita. Karena orang tua itu adalah wakil Allah dibumi dan pastinya memiliki pertimbangan, apakah pasangan kita itu dapat menjadikan kita lebih baik atau malah lebih buruk dalam hidup.

  5. Mintalah pendapat hamba – hamba Tuhan tentang pasangan kita. Karena mereka dapat menilai keimanan kita, apakah setelah bersama pasangan kita itu, kita menjadi bertambah dalam iman, ataukah malah merosot.

  6. Berikanlah ruang gerak satu dengan yang lainnya tanpa mengikat antara satu dengan yang lainnya tanpa mengikat dan diikat dalam hubungan ini.

 

 

 

Misteri Trinitas

  BAB I PENDAHULUAN   A.     Definisi Istilah Meskipun istilah "Trinitas" tidak pernah muncul di Alkitab secara eksplisi...