ALLAH SANG PENCIPTA
EKSPOSISI KEJADIAN 1 : 1
BAB I
PENDAHULUAN
Upaya untuk memahami makna Firman Allah dalam Kejadian 1:1 merupakan upaya penting dalam memulai sebuah usaha hermeneutic dan teologia yang tepat. “Pada mulanya Allah…” tiga kata pertama dalam Alkitab tersebut lebih dari sekedar sebuah pengantar kepada cerita penciptaan atau bahkan kitab Kejadian, tetapi kalimat itu menyediakan kunci untuk membuka cakrawala berpikir kita kepada Alkitab dan pengajaran yang ada di dalamnya. Kalimat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa keyakinan keagamaan dalam Alkitab adalah suatu agama atau keyakinan yang merupakan inisiatif dari Allah sendiri. Kita tidak pernah menduga atau bahkan mengantisipasi Allah, justru Dialah yang pertama sekali bertindak. Ia selalu yang memulai. Sebelum manusia ada/diciptakan, Allah terlebih dahulu bertindak.
Sebagian orang menggambarkan Allah sebagai yang duduk dengan nyaman di tahtaNya yang jauh, mengatur, tiada peduli, dan sangat tidak tertarik terhadap kefanaan, namun pandangan ini salah. Alkitab menyatakan kepada kita bahwa Allah yang ada sebelum segala sesuatunya ada, bahkan ketika manusia ada dalam kuasa kegelapan karena kejatuhannya, Ia mengambil inisiatif, Ia bangkit dari tahtaNya, meninggalkan seluruh kebesaranNya dan mencari manusia sampai ditemukan. KemahakuasaanNya inilah menjadikan Ia bertindak mengantisipasi segala sesuatunya dan hal ini terlihat dalam berbagai jalan. Ia telah berinisiatif dalam penciptaan dan juga berinisiatif dalam pewahyuan/penyataan, membuat manusia mengenal Dia, yaitu nature dan kehendakNya. Allah berbicara melalui banyak cara, dalam Perjanjian Lama Allah memakai para Patriakh, Nabi dan beberapa orang pilihanNya, tetapi dikemudian hari Ia berbicara secara langsung melalui AnakNya, Yesus Kristus. Melalui AnakNya tersebut Ia berinisiatif dalam karya keselamatan.
Jadi melalui dan berdasarkan pendekatan inilah kita menemukan beberapa hal penting dalam melakukan pembelajaran, yaitu melalui Apa yang dikatakan oleh Allah, Apa yang dilakukan oleh Allah, dan respon manusia dalam menanggapi kedua hal tersebut, itulah sebabnya Yesus pernah berkata “carilah, maka kamu akan mendapat, ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu”. Studi exegesa terhadap konteks kejadian 1:1 menjadi sangat signifikan melalui berbagai modus tersebut di atas.
BAB II
EXEGESA KEJADIAN 1 :1 DAN IMPLIKASINYA
A. Pengenalan Kepada Kitab Kejadian
Judul Kitab ini namanya diambil dari kata yang paling pertama dari Kej.1:1 yang berarti “pada mulanya” dalam bahasa Inggris memakai istilah bahasa Yunani dengan arti yang sama “Genesis” yang dipakai dalam versi LXX. Kitab ini bertujuan menceritakan sejarah dunia mulai dari penciptaan sampai kepada kematian Yusuf di mesir Musa tidak bermaksud mengarang buku ini untuk menjawab semua pertanyaan mengenai permulaan dari sesuatu, melainkan lebih mengacu kepada “mempersiapkan bangsa Israel menjadi bangsa pilihan Allah yang setia”. Kitab ini mempersiapkan Israel untuk menerima isi perjanjian Sinai yang mengajarkan kepada Bangsa Israel banyak kebenaran tentang Allah, dan hubungan antara nenek moyang mereka dengan Allah.
Masalah utama dalam kitab Kejadian adalah masalah permulaan, dan kita dapat melihat beberapa garis besar permulaan segala sesuatu :
a) Proses alam semesta dijadikan (1:1-26)
b) Permulaan Pernikahan (1:26)
c) Asal mula Manusia (1:27)
d) Permulaan dosa (3:6)
e) Bagaimana manusia jatuh kedalam dosa (3:6)
f) Pengharapan keselamatan dari Allah bagi dosa manusia (3:15)
g) Dosa menyebar di dunia (4:6)
h) Permulaan peradaban (4:13)
i) Hukuman atas dosa manusia melalui air Bah (7)
j) Sebagian manusia diselamatkan dan disebar keseluruh dunia melalui pilihan satu keluarga (12-50)…Allah menyediakan jalan Keselamatan melalui satu keluarga.
A. Garis Besar Kitab Kejadian
· Permulaan Dunia dan Rencana Allah (1:1-11:26)
ü Penciptaan 1-2
ü Permulaan Dosa 3-4
ü Nuh dan ceritanya 5:1-10:20
ü Menara Babel 11:1-9
ü Keturunan SEM 11:10-26
· Permulaan Umat Allah melalui satu keluarga (11:27 – 50 :26)
ü Abraham 11:27-25:10
ü Ismael 25 :12-18
ü Ishak 25 :19-35:29
ü Esau 36:1-37 :1
ü Yakub 37 :2-50:26
B. Ajaran dari Kitab Kejadian :
· Allah, dalam kitab ini Allah tampil sebagai tokoh utama dari penciptaan segala sesuatu.Allah diperkenalkan sebagai pribadi yang ;
ü Maha Kuasa…menciptakan Alam semesta dan isinya (Creatio ex nihilo)
ü Maha Tahu… mengeathui segala sesuatu (Kej3,18 :12-15)
ü Maha Hadir… dapat ditemukan dimana saja (28:16) ….>Omni Present
ü Maha Bijak…mencipta,mengatur semuanya dengan baik (1:31)
ü Maha Kudus…menghukum semua dosa (Kej.3,6,11)
· Penciptaan. Kitab ini menggambarkan kebesaranNya, serta menguraikan bukti-buktinya melalui bagaimana Allah mencipta dari yang tidak ada menjadi ada “Creatio ex nihilo” yaitu penciptaan dari ketiadaan.
· Manusia. Makhluk tertinggi dan termulia, merupakan klimaks dari karya penciptaan Allah.Dicipta sesuai dengan gambar dan rupa Allah (1:26-27), dengan segala kelengkapan akal budi, pengetahuan, moralitas dan kebebasan kehendak.Manusia dirancang untuk menguasai, memerintah dan memelihara atas segala ciptaan Allah, serta menikmati berkat teristimewa (1:28)
· Dosa. Muncul dari kehendak bebas manusia yang kurang bertanggungjawab terhadap kelengkapan yang Allah sudah anugerahkan.Akibatnya terputusnya hubungan dengan Allah, sehingga manusia “mati”….> Mati Rohani – Mati jasmani – Mati kekal.
· Keselamatan …Allah memprakarsai keselamatan bagi dosa dengan memberikan tawaran kepada manusia. Rahmat Tuhan dinyatakan melalui :
a. Hukuman itu tidak langsung dilaksanakan (kej.3 band kej 6:3).
b. Lebih dari itu Tuhan memberikan janji bahwa akhirnya dosa akan diatasi oleh seorang keturunan manusia (3:21 ; 8:20-21 ; 22:13)
· Pilihan dan Perjanjian. Allah mengkhususkan satu keluarga dan mempersiapkannya sebagai pewaris perjanjian berkat Allah
B. Konteks kejadian 1
Teks kejadian 1:1 merupakan pendahuluan yang menyajikan fakta-fakta historis sebagai pondasi penyangga asumsi dasar teologia dan iman kepercayaan yang hakiki, sebab tanpa dasar ini maka seluruh upaya pencarian pengetahuan teologis akan sia-sia. Gaya bahasa yang sederhana namun mendalam menggambarkan bahwa satra ini merupakan hasil peresapan yang intens dan dalam. Teks ini dalam gaya bahasa Ibrani, dianggap sebagai judul dan sekaligus berfungsi sebagai kesimpulan dari rangkaian karya penciptaan pada ayat-ayat selanjutnya, sebab jika pasal 1 ini tidak dipahami sebagai satu-kesatuan teks yang integral maka akan menimbulkan banyak permasalahan dalam penafsiran maupun teologianya.[1]
Teks pada ayat 1 yang sederhana dan rapi dalam bagian ini berfungsi sebagai pendahuluan yang berdiri sendiri sebagai kepala teks atau judul. Teks ini secara ilmiah mendatangkan tantangan besar dalam upaya sinkronisasi dengan ilmu pengetahuan modern sebab konsepnya yang seolah konfrontatif dengan pemikiran modern.[2] Musa sebagai penulis ingin memberikan sebuah pengantar sekaligus landasan bagi uraian penyataan Allah selanjutnya dalam kitab-kitab pentatuk.
C. Exegesa Kejadian 1:1
1. Teks dan Notasi Gramatika Kejadian 1: 1
`#r<a'(h' taeîw> ~yIm:ßV'h; taeî ~yhi_l{a/ ar"äB' tyviÞarEB.
Teks dengan analisa gramatika berdasarkan interlinear[3] :
tyvæ!ar}B= |
arò`B* |
<yh¢!ýa$ |
taˆ@
|
<y]mæ^V*h^ |
|
2. Analisa Teks Kejadian 1: 1
Berdasarkan teks dan notasi gramatika tersebut di atas maka teks dari bagian permulaan seluruh Alkitab tersebut dapat diuraikan kata demi kata sebagai berikut :
a. Analisa Kata “Pada Mulanya”
Kata “pada mulanya” merupakan kata pertama dan sekaligus kata pembuka dalam seluruh teks Alkitab, dan sekaligus pembuka jalan dalam seluruh pekerjaan penafsiran. Kata ini merupakan kata terjemahan dari teks Ibrani “resith” yang oleh Strong diberi nomor analisa 225 yang dapat di analisa demikian :
· 7225 tyvæ!ar}B= re'shiyth {ray-sheeth'}
· Meaning: 1) first, beginning, best, chief 1a) beginning 1b) first 1c) chief 1d) choice part
· Origin: from the same as 07218; TWOT - 2097e; n f
· Usage: AV - beginning 18, firstfruits 11, first 9, chief 8, misc 5; 51
Kata “pada mulanya” memiliki banyak makna, diantaranya : pertama-tama, permulaan, terbaik, dan sebagainya dengan frekuensi penggunaan untuk kata permulaan sebanyak 18 kali, buah pertama 11 kali, pertama 9 kali, dan selanjutnya. Masih menurut Strong, kata “pada mulanya” ini juga dapat bermakna khusus yaitu suatu masa maupun aturan/urutan sehingga dalam King James Version dalam beberapa bagian kata ini diterjemahkan permulaan, pertama (buah, bagian, waktu) maupun sesuatu prinsip. OT:7225 tyvæ!ar}B= re'shiyth (ray-sheeth'); from the same as OT:7218; the first, in place, time, order or rank (specifically, a firstfruit):
KJV - beginning, chief (-est), first (-fruits, part, time), principal thing.[4]
Secara lexical, kata “beresit” sebenarnya merupakan kata yang abstrak yang mengacu kepada suatu kondisi temporal dan estimative yang mengkonotasikan permulaan dari sebuah periode waktu misalnya dalam Ulangan 11:12, Ayub 42 :12. Secara estimative kata “pada mulanya dapat bermakna “pertama” misalnya dalam Keluaran 23:19. [5]
b. Analisa kata “Allah”
Nama yang umum bagi Allah , terdapat 2.570 kali dari Perjanjian Lama, artinya menyatakan bahwa “Dia adalah yang kuat, pemimpin yang perkasa, Allah yang tertinggi”, ( Kej 35:2,; kel 12:12 ;10;11; 23:24, Kej 23:24). Nama ini pertama kali yang dipakai dalam Alkitab. Kata “Allah” dalam teks ini dipakai kata panggilan yang umum dipakai dalam teks-teks yang lain yaitu “Elohim” yang sintaksisnya seperti berikut :
· 0430 <yh¢!ýa 'elohiym {el-o-heem'}
· Meaning: 1) (plural) 1a) rulers, judges 1b) divine ones 1c) angels 1d) gods 2) (plural intensive - singular meaning) 2a) god, goddess 2b) godlike one 2c) works or special possessions of God 2d) the (true) God 2e) God
· Origin: plural of 0433; TWOT - 93c; n m p
· Usage: AV - God 2346, god 244, judge 5, GOD 1, goddess 2, great 2, mighty 2, angels 1, exceeding 1, God-ward + 04136 1, godly 1; 2606
Penggunaan kata Elohim memang umum digunakan dalam teks-teks perjanjian Lama, namun dalam konteks ini Musa ingin menonjolkan peran Allah dalam kaitannya dengan kebesaran, dan kemahakuasaanNya melalui karya penciptaan. Seluruh karya Allah dalam penciptaan terdeskripsikan dalam istilah kata “Elohim” karena kata itu memiliki pengertian yang sangat variatif.
· OT:430 <yh¢!ýa 'elohiym (el-o-heem'); plural of OT:433; gods in the ordinary sense; but specifically used (in the plural thus, especially with the article) of the supreme God; occasionally applied by way of deference to magistrates; and sometimes as a superlative:
· KJV - angels, X exceeding, God (gods)- dess, -ly), X (very) great, judges, X mighty.[6]
Meskipun secara gramatika kata Elohim berbentuk jamak, namun hal ini tidak menunjukkan jumlah atau bilangan sehingga kata “Elohim” tidak dapat diartikan sebagai Trinitas sebab secara gramatika jamak yang dipakai disini adalah bentuk “jamak intensif” Pemakaian kata “Elohim” ini selalu diikuti oleh kata benda atau kata kerja yang berbentuk tunggal, demikian juga dengan kata sifat, maupun kata gantinya. Meskipun demikian masih banyak teolog yang menfasirkannya sebagai ketrinitasan Allah
The Hebrew word is Elohim, which bespeaks, [1.] The power of God the Creator. El signifies the strong God; and what less than almighty strength could bring all things out of nothing? [2.] The plurality of persons in the Godhead, Father, Son, and Holy Ghost. This plural name of God, in Hebrew, which speaks of him as many though he is one, was to the Gentiles perhaps a savour of death unto death, hardening them in their idolatry; but it is to us a savour of life unto life, confirming our faith in the doctrine of the Trinity, which, though but darkly intimated in the Old Testament, is clearly revealed in the New. The Son of God, the eternal Word and Wisdom of the Father, was with him when he made the world (Prov 8:30), nay, we are often told that the world was made by him, and nothing made without him, John 1:3,10; Eph 3:9; Col 1:16; Heb 1:2. O what high thoughts should this form in our minds of that great God whom we draw nigh to in religious worship, and that great Mediator in whose name we draw nigh![7]
Meskipun pandangan tersebut tidak mutlak salah, namun secara gramatika tidak memiliki dasar berpijak yang kokoh, sehingga kita harus tetap yakin bahwa kata”Elohim” ini menunjukkan dan mengungkapkan keagungan dan supremasi Allah yang tak terbatas, sehingga jika kita perhatikan konteks pemakaian kata ini selalu mengacu pada hal-hal seperti berikut ini :
Nama dipakai berhubungan dengan kedaulatan (Yes
54:5, Yer 32:27, Neh 2:4).
Nama
dipakai berhubungan dengan karya ciptanya (Kej 1:1, Yes 45:18, Yun 1:9)
Nama
dipakai berhubungan dengan penghakiman 9 Maz 50:6;58:12)
Nama dipakai berhubungan dengan karya bangsa
Israel (Ulg 5:23; 8:15, Maz 68:8)
c. Analisa kata “menciptakan”
Kata “menciptakan” dalam teks ini merupakan kata yang istimewa, unik dan kaya dengan makna teologis. Kata itu dapat diuraikan demikian
1254 arò`B* bara' {baw-raw'}
· Meaning: 1) to create, shape, form 1a) (Qal) to shape, fashion, create (always with God as subject) 1a1) of heaven and earth 1a2) of individual man 1a3) of new conditions and circumstances 1a4) of transformations 1b) (Niphal) to be created 1b1) of heaven and earth 1b2) of birth 1b3) of something new 1b4) of miracles 1c) (Piel) 1c1) to cut down 1c2) to cut out 2) to be fat 2a) (Hiphil) to make yourselves fat
· Origin: a primitive root; TWOT - 278; v
· Usage: AV - create 42, creator 3, choose 2, make 2, cut down 2, dispatch 1, done 1, make fat 1; 54.[8]
Kata “Bara ” disini memiliki pengertian menciptakan, membentuk, atau membangun, dalam bentuk Qal kata ini dipakai dalam konteks karya Allah saja yaitu penciptaan alam semesta, pribadi manusia, kondisi atau keadaan baru, maupun bermacam-macam transformasi.
…but in Kal it always means to create, and is only applied to a divine creation, the production of that which had no existence before. It is never joined with an accusative of the material, although it does not exclude a pre-existent material unconditionally, but is used for the creation of man (v. 27; Gen 5:1-2), and of everything new that God creates, whether in the kingdom of nature (Num 16:30) or of that of grace (Ex 34:10; Ps 51:10, etc.). In this verse, however, the existence of any primeval material is precluded by the object created: "the heaven and the earth." This expression is frequently employed to denote the world, or universe, for which there was no single word in the Hebrew language; the universe consisting of a twofold whole, and the distinction between heaven and earth being essentially connected with the notion of the world, the fundamental condition of its historical development (vid., Gen 14:19,22; Ex 31:17).[9]
Konsep penciptaan dalam teks ini unik karena merupakan “creation out of nothing” atau “creatio ex nihilo” yaitu sebuah mahakarya penciptaan dari yang tidak ada menjadi ada. Jadi kata menciptakan ini merupakan karya yang hanya dapat dikerjakan oleh Allah sendiri dan hasilnya murni baru atau baru secara ajaib.
d. Analisa kata “langit”
Kata “langit” dalam teks ini digunakan istilah “shamayim” yang analisanya demikian :
· 8064 <y]mæ^V*h^ shamayim {shaw-mah'-yim} dual of an unused singular hm,v' shameh {shaw-meh'}
· Meaning: 1) heaven, heavens, sky 1a) visible heavens, sky 1a1) as abode of the stars 1a2) as the visible universe, the sky, atmosphere, etc 1b) Heaven (as the abode of God)
· Origin: from an unused root meaning to be lofty; TWOT - 2407a; n m
· Usage: AV - heaven 398, air 21, astrologers + 01895 1; 420[10]
Kata benda ini memiliki arti “surga, langit” baik itu yang berkaitan dengan langit yang kelihatan, tatanan bintang-bintang, alam semesta yang kelihatan, langit, angkasa, maupun surge tempat bertahtanya Allah. Dalam teks ini kata “langit” sebenarnya menggambarkan angkasa raya yang maha luas.
Kata “shamayim” merupakan istilah Semitik yang umum yang juga tampak dalam bahasa-bahasa seperti Ugaritik, Akkadian, Aramaik, dan Arabik. Dalam seluruh Alkitab kata ini dipakai 420 kali. Secara lexical kata ini digunakan dalam 5 konteks seperti berikut ini :
First, shamayim is the usual Hebrew word for the "sky" and the "realm of the sky." This realm is where birds fly. God forbids Israel to make any "likeness of any winged fowl that flieth in the air" Deut 4:17. When Absalom's hair caught in the branches of a tree, he hung suspended between the "heaven" and the earth 2 Sam 18:9. This area, high above the ground but below the stars and heavenly bodies, is often the locus of visions: "And David lifted up his eyes, and saw the angel of the Lord stand between the earth and the heaven, having a drawn sword in his hand stretched out over Jerusalem" 1 Chron 21:16.
Second, this word represents an area farther removed from the earth's surface. From this area come such things as frost Job 38:29, snow Isa 55:10, fire Gen 19:24, dust Deut 28:24, hail Josh 10:11, and rain: "The fountains also of the deep and the windows of heaven were stopped, and the rain from heaven was restrained" Gen 8:2. This realm is God's storehouse; God is the dispenser of the stores and Lord of the realm Deut 28:12. This meaning of shamayim occurs in Gen 1:7-8: "And God made the firmament, and divided the waters which were under the firmament from the waters which were above the firmament: and it was so. And God called the firmament Heaven."
Third, shamayim also represents the realm in which the sun, moon, and stars are located: "And God said, Let there be lights in the firmament of the heaven to divide the day from the night..." Gen 1:14. This imagery is often repeated in the Creation account and in poetical passages. Thus the "heavens" can be stretched out like a curtain Ps 104:2 or rolled up as a scroll Isa 34:4.
Fourth, the phrase "heaven and earth" may denote the entire creation. This use of the word appears in Gen 1:1: "In the beginning God created the heaven and the earth."
Fifth, "heaven" is the dwelling place of God: "He that sitteth in the heavens shall laugh: the Lord shall have them in derision" Ps 2:4; cf. Deut 4:39. Again, note Deut 26:15: "Look down from thy holy habitation, from heaven, and bless thy people Israel...." Another expression representing the dwelling place of God is "the highest heaven [literally, the heaven of heavens]." This does not indicate height, but an absolute — i. e., God's abode is a unique realm not to be identified with the physical creation: "Behold the heaven and the heaven of heavens is the Lord's thy God, the earth also, with all that therein is" Deut 10:14.[11]
Jadi menurut menjabaran di atas maka makna dalam kej 1:1 untuk istilah “shamayim” terikat secara integral dengan kata “erets” yang merupakan sebuah pengertian global dari seluruh hasil penciptaan dari Kejadian pasal 1, yaitu seluruh alam semesta berserta seluruh isi yang terkandung di dalamnya.
e. Analisa kata “dan”
Sebenarnya kata penghubung “dan” tidak ditemukan dalam teks asli, karena kata” taˆ@ 'eth” dalam teks ini bukanlah kata penghubung melainkan sebuah penandaan yang mengindikasikan bentuk “accusative” dan tidak dapat diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Mari kita perhatikan penjelasan berikut ini :
· 0853 taˆ@ 'eth {ayth}
· Meaning: 1) sign of the definite direct object, not translated in English but generally preceding and indicating the accusative
· Origin: apparent contracted from 0226 in the demonstrative sense of entity; TWOT - 186; untranslated particle
· Usage: AV - not translated; 22):[12]
Meskipun sebenarnya istilah “ta “ tidak memiliki pengertian independen, namun perannya dalam sebuah kalimat sangat penting maka kata itu di terjemahkan atau diganti dengan kata “dan” agar proses penafsiran teks ini lebih jelas dan mudah dimengerti.
f. Analisa kata “bumi”
Seperti halnya kata “langit” demikian juga kata”bumi” yang dalam bahasa asli digunakan kata “taˆ@w+ 'erets” memiliki makna yang sangat luas.
· 0776 taˆ@w+ 'erets {eh'-rets}
· Meaning: 1) land, earth 1a) earth 1a1) whole earth (as opposed to a part) 1a2) earth (as opposed to heaven) 1a3) earth (inhabitants) 1b) land 1b1) country, territory 1b2) district, region 1b3) tribal territory 1b4) piece of ground 1b5) land of Canaan, Israel 1b6) inhabitants of land 1b7) Sheol, land without return, (under) world 1b8) city (-state) 1c) ground, surface of the earth 1c1) ground 1c2) soil 1d) (in phrases) 1d1) people of the land 1d2) space or distance of country (in measurements of distance) 1d3) level or plain country 1d4) land of the living 1d5) end(s) of the earth 1e) (almost wholly late in usage) 1e1) lands, countries 1e1a) often in contrast to Canaan
· Origin: from an unused root probably meaning to be firm; TWOT - 167; n f
· Usage: AV - land 1543, earth 712, country 140, ground 98, world 4, way 3, common 1, field 1, nations 1, wilderness + 04057 1; 2504.[13]
Kata ini merupakan salah satu dari kata Ibrani yang sangat umum digunakan, bahkan di Alkitab Perjanjian Lama dipakai sekitar 2 500 kali. Hal ini mengindikasikan sebuah “world view” yang sangat berbeda dengan mitologi kuno, maupun teori-teori modern yang berupaya menjelaskan bagaimana alam semesta terbentuk.[14]
Meskipun kata “eret’s” memiliki banyak makna namun konteks dalam kejadian 1:1 menunjukkan bahwa kata itu bermakna berikut ini
Erets may be translated "earth," the temporal scene of human activity, experience, and history. The material world had a beginning when God "made the earth by His power," "formed it," and "spread it out" Isa 40:28; 42:5; 45:12,18; Jer 27:5; 51:15. Because He did so, it follows that "the earth is the Lord's" Ps 24:1; Deut 10:1; Ex 9:29; Neh 9:6. No part of it is independent of Him, for "the very ends of the earth are His possession," including "the mountains," "the seas," "the dry land," "the depths of the earth" Ps 2:8; 95:4-5; Amos 4:13; Jonah 1:9.[15]
Bahwa “bumi” merupakan sebuah tempat sementara aktifitas, pengalaman dan sejarah seluruh ciptaan. Bumi merupakan sebuah bagian penting dalam seluruh alam semesta di luar langit.
g. Tafsiran Kejadian 1:1
Secara tradisional ayat ini dipahami sebagai penciptaan mula-mula yang actual, sebuah penciptaan dari yang tidak ada menjadi ada, yaitu suatu tindakan Allah[16] yang baru dan sempurna. [17] Aspek penting dalam penafsiran kata”menciptakan” dalam konteks ini adalah tentang keteraturan dan sistematisasi, yang tergambar dalam uraian ayat-ayat selanjutnya.[18] Sebenarnya Allah tidak memerlukan penciptaan, namun Ia memilih untuk menciptakan alam semesta sebagai ekspresi kasihNya terhadap manusia.[19] Hasil penciptaan itu adalah “langit dan bumi”, itulah dunia yaitu alam semesta dan segala kelengkapannya (Kis 17:24). Penciptaan itu dikerjakan Allah “pada mulanya” yaitu saat dimulainya sebuah waktu, dan sebelumnya tidak ada apa-apa kecuali kekekalan milik Allah. Artinya bahwa penciptaan itu menandakan dimulainya sebuah era dimensional yang serba terbatas. Karya penciptaan itu laksana titik dimulainya babak sejarah dalam ketakterbatasan dimensi kekekalan Allah.
Ayat pertama dari kejadian 1 ini merupakan kesaksian Allah sendiri, bukan teori manusia sehingga keabsahan dan kebenarannya tidak dapat diragukan. Jika teori menafsirkan kenyataan-keyataan sehingga memungkinkan terbukanya melakukan sebuah kesalahan, namun kesaksian adalah bertalian secara langsung dengan kenyataan-kenyataan itu sendiri.[20] Sehingga firman itu mengajarkan kepada manusia tentang kepribadian Allah, karakterNya, dan rencanaNya atas seluruh ciptaan.
D. Implikasi Kej 1:1
Setelah menemukan pengertian dari Firman tersebut, maka apa yang menjadi implikasinya bagi kita, Setelah kita mempelajari segala pengetahuan tentang Allah melalui teks Kejadian 1:1, pertanyaan selanjutnya yang seharusnya kita pikirkan adalah, apakah implikasi pengetahuan tentang Allah tersebut dalam kehidupan Kristiani kita ? paling tidak ada dua implikasi penting bagi umat Kristen
Pertama, adalah implikasi teologis , beberapa kutipan berikut ini memberikan sebuah pemaparan yang cukup baik bagi kita :
“Pada mulanya Allah…” tampikan terhadap atheism yang tidak percaya pada adanya Allah
“Pada mulanya Allah…” tampikan terhadap politeisme yang percaya pada ilah yang jamak
“Pada mulanya Allah…” tampikan terhadap fatalism dengan pengajarannya tentang kesemenaan hal-hal
“Pada mulanya Allah…” tampikan terhadap evolusi dengan teori penjadian yang tanpa akhir
“Pada mulanya Allah…” tampikan terhadap pantheisme yang mengajarkan bahwa Allah dan alam semesta adalah sama identik
“Pada mulanya Allah…” tampikan terhadap materialism yang menganut paham tentang keabadian benda (materi).[21]
Dan tulisan Mathew Henry berikut ini
(1.) That atheism is folly, and atheists are the greatest fools in nature; for they see there is a world that could not make itself, and yet they will not own there is a God that made it. Doubtless, they are without excuse, but the god of this world has blinded their minds.
(2.) That God is sovereign Lord of all by an incontestable right. If he is the Creator, no doubt he is the owner and possessor of heaven and earth.
(3.) That with God all things are possible, and therefore happy are the people that have him for their God, and whose help and hope stand in his name, Ps 121:2; 124:8.
(4.) That the God we serve is worthy of, and yet is exalted far above, all blessing and praise, Neh 9:5,6. If he made the world, he needs not our services, nor can be benefited by them (Acts 17:24,25), and yet he justly requires them, and deserves our praise, Rev 4:11. If all is of him, all must be to him.[22]
Kesimpulannya teologia Kristen bertumpu pada dasar/pondasi yang sangat kokoh yang dibangun diatas dasar penyataan diri Allah sendiri dalam Firman, sehingga kebenaran dan nilainya melampaui apapun yang kita temukan dalam ilmu maupun filsafat.
Kedua , implikasi praktis. Jika pengetahuan-pengetahuan di luar teologia saja memiliki implikasi yang sangat besar dalam kehidupan praktis umat manusia, maka seharusnya teologi Kristen berdampak lebih besar lagi, oleh sebab itu tidaklah berlebihan jika JI Packer menyatakan bahwa
a. Those who know God have great energy for God
b. Those who know God have great thoughts of God
c. Those who know God show boldness for God.
d. Those who know God have great contentment in God. [23]
Kita dapat berkesimpulan sekarang bahwa, teologia seharusnya tidak berhenti pada pengetahuan-pengetahuan yang hanya bersifat kognitif rasionalis dan menghasilkan suatu rumus-rumus atau teori-teori teologia tertentu, melainkan berdampak pada semakin besarnya hidup kita, yaitu yang menyangkut seluruh aspek hidup manusia yang diarahkan kepada Allah.
BAB III
KESIMPULAN
Konsep inspirasi yang menjadi kepercayaan Kristen menunjukan bahwa dalam proses penyusunan Alkitab tidak akan mungkin dilepaskan dari peristiwa-peristiwa ilahi karena ada peran Roh Allah yang bekerja, R.Laird Harris pernah menyatakan bahwa “the term “inspire”, of course, implies that there is a spirit within”[24], selanjutnya ia menjelaskan bahwa pemahaman terhadap II Timotius 3:16 haruslah dimaknai bahwa “the Holy Spirit of God had Worked in the production of the Bible. The Spirit of God was within that authors who produced it”[25]. Adanya konsep dan keyakinan akan pengilhaman terhadap Alkitab, tidak serta merta atau otomatis membuang segala kesulitan, baik dalam hal pemahaman, penafsiran, apalagi implementasinya dalam kehidupan kristiani kita, karena dalam Alkitab seringkali kita seolah-olah dipertemukan dengan kejanggalan, kekaburan, kontradiksi, irrasional, dan sebagainya meskipun sebenarnya jika kita memiliki kemauan, kemampuan, dan iman yang benar dapat menemukan jawabannya, baik secara teologis maupun ilmiah.
Teks Kejadian 1:1 yang telah dikupas dalam tulisan ini menunjukkan dua hal penting; pertama, bahwa teks menunjukkan Sebuah kebenaran yang absolute bahwa Allah merupakan pemrakarsa utama atas apapun yang ada dalam alam semesta. Allah memperkenalkan dirinya melalui tindakan yang penuh kuasa dalam proses penciptaan sebagai Allah yang berkuasa, berdaulat, sempurna dan penuh kasih. Kebenaran-kebenaran penyataan ini bersifat mutlak, sehingga menjawab segala kekaburan yang terjadi dalam ilmu pengetahuan modern maupun keyakinan-keyakianan agama kosmik, maupun dalam filsafat manusia. Kedua, kepercayaan terhadap kebenaran teks Kejadian 1:1 merupakan kunci pembuka terhadap seluruh upaya pekerjaan penafsiran seluruh Alkitab, jika kebenaran ditemukan dan diyakini maka kebenaran-kebenaran dalam seluruh Alkitab juga akan terbuka. Teks sederhana dalam ayat pertama Alkitab ini merupakan sebuah ringkasan kebenaran yang sangat luas dan mendalam arti dan maknanya, bukan hanya berfungsi sebagai pendahuluan dari penyataan kebenaran Allah, namun juga menuntut sebuah implikasi iman yang seterusnya akan mempengaruhi pemahaman teologia seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Bible Knowledge Commentary/Old Testament Copyright © 1983, 2000 Cook Communications Ministries; Bible Knowledge Commentary/New Testament Copyright © 1983, 2000 Cook Communications Ministries. All rights reserved
Biblesoft's New Exhaustive Strong's Numbers and Concordance with Expanded Greek-Hebrew Dictionary. Copyright © 1994, 2003, 2006 Biblesoft, Inc. and International Bible Translators, Inc
Donald Gutrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2001
Gleason L.Arrcher, Ensiclopedia Of Bible Difficulties, Malang : Gandum Mas,2009
Interlinear Transliterated Bible. Copyright © 1994, 2003, 2006 by Biblesoft, Inc. All rights reserve
J.I.Packer, Knowing God, Yogyakarta : Yayasan ANDI Ofset,2002
Keil and Delitzsch Commentary on the Old Testament: New Updated Edition, Electronic Database. Copyright © 1996 by Hendrickson Publishers, Inc. All rights reserved
Life Application Study Bible, Michigam : Zondervan Publishing House, 1997
Matthew Henry's Commentary on the Whole Bible, PC Study Bible Formatted Electronic Database Copyright © 2006 by Biblesoft, Inc. All Rights reserved
Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 1, Jakarta : Yayasan Bina Kasih, 2007
Vine's Expository Dictionary of Biblical Words, Copyright © 1985, Thomas Nelson Publishers.
[1] Donald Gutrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1,(Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2001),hlm.80
[2] Life Application Study Bible, ( Michigam : Zondervan Publishing House, 1997),p.5
[3] Interlinear Transliterated Bible. Copyright © 1994, 2003, 2006 by Biblesoft, Inc. All rights reserved. [For more detail see the full copyright page.])
[4] Biblesoft's New Exhaustive Strong's Numbers and Concordance with Expanded Greek-Hebrew Dictionary. Copyright © 1994, 2003, 2006 Biblesoft, Inc. and International Bible Translators, Inc
[5] Vine's Expository Dictionary of Biblical Words, Copyright © 1985, Thomas Nelson Publishers.
[6] Biblesoft's New Exhaustive Strong's Numbers and Concordance with Expanded Greek-Hebrew Dictionary. Copyright © 1994, 2003, 2006 Biblesoft, Inc. and International Bible Translators, Inc
[7] Matthew Henry's Commentary on the Whole Bible, PC Study Bible Formatted Electronic Database Copyright © 2006 by Biblesoft, Inc. All Rights reserved
[8] ibid
[9] Keil and Delitzsch Commentary on the Old Testament: New Updated Edition, Electronic Database. Copyright © 1996 by Hendrickson Publishers, Inc. All rights reserved
[10] Biblesoft's New Exhaustive Strong's Numbers and Concordance with Expanded Greek-Hebrew Dictionary. Copyright © 1994, 2003, 2006 Biblesoft, Inc. and International Bible Translators, Inc
[11] Vine's Expository Dictionary of Biblical Words, Copyright © 1985, Thomas Nelson Publishers
[12] Biblesoft's New Exhaustive Strong's Numbers and Concordance with Expanded Greek-Hebrew Dictionary. Copyright © 1994, 2003, 2006 Biblesoft, Inc. and International Bible Translators, Inc
[13] Ibid
[14] Vine’s Expository, ibid
[15] ibid
[16] Disini Alkitab bukan hanya ingin menunjukkan bahwa Alkitab ingin mendiskusikan tentang proses evolusi, namun lebih dari itu menunjukkan tentang “worldview” tentang penciptaan Allah bukan penciptaan tanpa Allah
[17] Bible Knowledge Commentary/Old Testament Copyright © 1983, 2000 Cook Communications Ministries; Bible Knowledge Commentary/New Testament Copyright © 1983, 2000 Cook Communications Ministries. All rights reserved
[18] Gleason L.Arrcher, Ensiclopedia Of Bible Difficulties, (Malang : Gandum Mas,2009),hlm.98
[19] Life Aplication Study Bible, (Michigan : Zondervan Publishing House, 1997),p.5
[20] Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 1, (Jakarta : Yayasan Bina Kasih, 2007)hlm.31
[21] Baxter, hlm.32
[22] Matthew Henry's Commentary on the Whole Bible, PC Study Bible Formatted Electronic Database Copyright © 2006 by Biblesoft, Inc. All Rights reserved.)
[23] J.I.Packer, Knowing God, p.23-24
[24] R.Laird Hariis, Inspiration And Canonicity of Th Bible, (Michigan : Zondervan Publisher, 1974),p.19
[25] Ibid