Identitas Buku :
- Judul Buku : Changing Patterns Of Religious Education
- Pengarang : Marvin J.Taylor
- Penerbit :
- Halaman : Compilation
Garis Besar Isi :
- Pasal 5 : Isu-Isu Perkembangan Iman Dan Pengasuhan Keagamaan
Pada bab ini Craig Dykstra menjabarkan sebuah pemikiran mendasar tentang konsep perkembangan iman dan pengasuhan keagamaan dalam suatu konteks besar yaitu Pendidikan Kristen karena dua aspek diatas merupakan bagian yang saling terkait.
Perkembangan iman dalam kaitannya dengan pekerjaan/tugas kontemporer merupakan bagian dari sebuah pencarian terhadap konsepsi kehidupan keagamaan dan hal itu diperhadapkan kepada pendidikan, yang diharapkan mampu untuk menyelesaikan dan menjawab kebutuhan kuno itu dimasa kini. Perkembangan konsep kehidupan Kristen ini menjadi sangat plural, yang kemudian menjadi pemicu adanya krisis dalam teologi itu sendiri, berpuncak pada ketidak mampuan teologi untuk mendeskripsikan konsepsi umum tentang kehidupan Kristen. Permasalahan ini pada akhirnya berdampak pada berkembanganya suatu kepedulian dan perhatian kepada dunia keagamaan dalam konteks global. Berangkat dari pemahaman dasar ini kemudian penulis menjabarkan pendekatan-pendekatan psikologi terhadap perkembangan manusia, dan apa tugas pendidikan itu sendiri berkaitan dengan perkembangan iman. Isu-isu yang muncul berkaitan dengan perkembangan iman yang biasanya dipicu oleh dua pertanyaan mendasar tentang apakah itu iman, dan apa signifikansi dari setiap fase-fase perkembangan juga menjadi perhatian bagi penulis dan kemudian diakhiri dengan suatu pembahasan tentang implikasi dari setiap perkembangan tersebut terhadap pengasuhan keagamaan.
Penulis berkesimpulan bahwa pengasuhan keagamaan yang merupakan bentuk-bentuk iman pribadi pada dasarnya tidak dibentuk melalui konteks pendidikan formal, melainkan dibentuk oleh komunitas melalui interaksi dari hari ke hari dengan orang-orang disekitar, sehingga tugas dan tanggung jawab setiap pribadi dalam pengasuhan keagamaan adalah peduli terhadap pertumbuhan dalam iman yang didalamnya pengasuhan itu dibentuk dalam kualitas dan karakter iman kita sendiri dan iman itu sendiri hidup dalam sebuah komunitas.
- Wanita, Kuasa, dan Pekerjaan Pendidikan Agama
Isu-isu tentang peranan wanita dalam pendidikan agama dan kaitanya dengan kekuasaan dibahas dalam bagian ini. Ketidaktahuan dan ketidaksadaran berkaitan dengan diskriminasi kaum perempuan oleh budaya patriakhal yang sudah mendarah daging/terstruktur sedang diperhadapkan dan menjadi tantangan masa kini dalam pendidikan agama Kristen yang seharusnya menjawab penindasan terstruktur dalam gereja dan masyarakat sekitar kita. Pendidikan Kristen dituntut membangun kembali konstruksi social dan teologis tentang realitas perempuan, karena sebagaimana diskriminasi terjadi karena kesalahan pemahaman baik secara biologis, anthropologis, maupun teologis yang terekam dalam data-data sejarah yang kemudian membentuk mainstream yang terstruktur dan terwariskan kepada kita masa kini, sehingga perlu mendefinisikan ulang pemahaman ini dari suatu dimensi yang berbeda.
Tantangan Pendidikan Kristen kedepan barkaitan dengan peran dan kekuasaan wanita, seharusnya mencermati dua hal penting, yaitu membangun struktur yang mendukung, system dan hubungan yang lebih manusiawi, lebih membangun, dan lebih damai, dan yang selanjutnya adalah perlunya perubahan struktur, system, dan pola relasi yang tidak manusiawi, yang menindas, dan instrumentalisasi pribadi. Sehingga pendidikan perlu mereformasi ini dengan melalui pendidikan agama itu sendiri.
- Perubahan Pola-Pola Pendidikan Agama Praktis Dalam Gereja-Gereja Protestan Sejak Perang Dunia Ke 2
Perubahan-perubahan yang terjadi pasca PD II bukan sekedar berkaitan dengan masalah keorganisasian, ataupun program pendidikan agama konggregasional saja, melainkan juga menyangkut sekolah-sekolah umum, dan juga sekolah minggu sebagai tema minor pembahasan ini. Peranan keluarga sebagai agen pengasuhan Kristen juga selalu menjadi latar belakang. Sekolah minggu dan beberapa usaha pendidikan yang diusahakan oleh gereja untuk membimbing anggotanya menjadi orang percaya yang dewasa mengalami perubahan bukan hanya dalam tujuan, kurikulum, maupun metode, melainkan juga dalam kaitannya dengan filosofis sesuai dengan perkembangan ilmu kependidikan dan teologi. Dibawah pengaruh para professional, tujuan sekolah-sekolah gereja telah diimprovisasi melalui pengajaraan sehingga setiap pribadi-pribadi diajar untuk berdisiplin. Banyak uang, waktu, dan energi dikorbankan dalam mengembangkan sumber-sumber kurikulum, struktur baru, para pemimpin professional yang lebih banyak, dan metode pengajaran yang lebih baik. Semua usaha tersebut dipahami sebagai jawaban terhadap pertumbuhan gerakan sekolah-sekolah gerejawi.
Berkenaan dengan situasi perubahan yang demikian pada pembahasan ini, penulis mencoba mencermati pendidikan Kristen dimasa mendatang. Penulis menengarai adanya suatu perbedaan atau keterpisahan yang sangat besar antara pendidik gereja awam dengan professional berkaitan dengan antara teori dan praktis, sehingga gereja harus berkomitment dan berusaha untuk meminimalisasi segala kegagalan seperti yang terjadi dimasa lalu dan berusaha untuk menemukan tujuan utama berkaitan dengan proklamasi Injil dimasa kita sekarang ini.
- Bab 9. Pendidikan Kristen Injili Praktis sejak Perang Dunia Ke 2
Makna dari istilah injili sebenarnya bukan sekedar nama sebuah denominasi, melainkan suatu versi kekristenan yang menempatkan prioritas Firman dan karya Allah diatas iman, respon dan pengalaman manusia dan secara spisifik menekankan pada keyakinan-keyakinan Kristen seperti kedaulatan Allah, otoritas Alkitab, kebejatan total manusia, pentingnya pertobatan, keselamatan oleh anugerah, hanya melalui iman, proklamasi Injil, kekudusan Alkitabiah, misi rohani gereja dan perpalingan pribadi kepada Kristus. Cirri yang demikianlah yang juga menjadi nafas dan pembentuk pendidikan Injili. Secara arsitektur maupun liturgy sebenarnya tidak ada pembedaan dengan gereja-gereja lain, namun tujuan akhir dari pendidikannyalah yang membedakan. Pendidikan Injili menekankan pada perpalingan dan pemahaman Alkitabiah, pendidikan merupakan suatu upaya membentuk suatu kesempatan yang kondusif untuk membawa peserta didik menerima Kristus sebagai juru selamat pribadi dan Tuhannya. Alkitab menjadi hal yang paling penting dalam program pendidikan gereja, yang darinya kurikulum dibangun.
Implikasinya, aplikasi kebenaran Firman bagi kehidupan pribadi maupun komunitas harus selalu dikembangkan, dan ketertarikan terhadap penggunaan pengajaran alkitabiah dalam kehidupan praktis juga dibangkitkan. Gereja-gereja Injili mengarahkan kepada penyembahan, proklamasi injil, pengajaran, persekutuan, pelayanan dan pengalaman sebagai saksi bagi umat lain, hal ini menjadi kurikulum yang hidup.
- Bab 10. Pendidikan Agama Protestan di Kanada
Sejarah perkembangan hubungan Gereja dan sekolah telah membentuk suatu symbol-simbol baru yang saling bergantung sejak abad 19, sehingga pendidikan agama seringkali menjadi ekspresi pendidikan dalam mengembangkan tujuan akhir agama, terutama di wilayah Amerika Serikat secara khusus Kanada. Latar belakang kanada yang sedemikian telah membentuk suatu kultur yang tidak kondusif bagi pendidikan yang yang ideal, sehingga Pertayaan ethis yang selalu ada dalam dimensi pendidikan protestan di Kanada adalah kapan iman itu sendiri dipandang sebagai kurikulum dan penyembahan yang dilihat sebagai tradisi kreatif dan dinamis. Hal ini menjadi hal yang mendesak dimana pendidikan perlu merubah bahasa nyanyian dan cerita yang berbau gender, rasis, imperialis, dan kekanak-kanakan dalam suatu komunitas. Pendidikan harus selalu berlandaskan pada kitab suci
- Bab 11. Pendidikan Agama Roma Khatolik di Gereja-Gereja Kanada
Bagian ini membahas tentang beberapa proyek prestisius dalam konteks pendidikan Kristen Khatolik diseluruh Kanada, yaitu sebuah usaha publikasi kurikulum dwi bahasa dalam pendidikan Kristen yaitu bahasa Inggris dan Prancis yang kemudian disebut katekismus Kanada. Bagian ini juga menjelaskan tiga perhatian kontemporer berkaitan dengan pendidikan agama di Kanada, yaitu
Pertama penggunaan pengalaman manusia dalam metodologi program pendidikan agama, perhatian ini berkaitan dengan presuposisi teologis bahwa pribadi manusia merespon dalam iman kepada pernyataan Allah, sehingga pendidikan harus menguji, menggunakan dan mengembangkan elemen-elemen itu dalam pengalaman manusia sehingga memampukan wanita maupun pria menerima dan merespon penyataan ilahi dari Allah.
Kedua, berkaitan dengan pertanyaan dimana Kitab Suci ditempatkan dalam pendidikan Kristen. Berpusat pada sejarah penyelamatan dan perkataan alkitabiah sebagai konteks bagi pendidikan Kristen menjadi karakteristik dalam program pendidikan agama yang baru tersebut.
Ketiga, perhatian terhadap komunitas Khatolik Kanada yang mengandung kemampuan untuk menyelesaikan program baru pendidikan agama tersebut untuk memaknai kembali iman mereka dalam symbol dan bahasa warisan tradisi khatolik.
Kesimpulannya ada beberapa masukan yang diarahkan kepada perhatian tersebut diatas, yang telah dikembngkan oleh gereja Katholik di Kanada, yaitu perlunya memperjelas dan membedakan tujuan pendidikan agama, karena tujuan utama pendidikan tidak seharusnya hanya sekedar melatih pribadi-pribadi untuk menjadi anggota gereja (confesionalisasi) melainkan membantu mereka membentuk hidup mereka melalui kontak/hubungan dengan Kristus dan Injilnya (pendidikan).
- Bab 13. Kulit Hitam Dan Gerakan Pendidikan Agama
Sejarah orang-orang kulit hitam di Amerika Serikat telah memantik suatu kepedulian Gereja untum menjadikan Pendidikan Kristen relevan bagi setiap pengalaman hidup mereka, sehingga untuk mencapai tujuan itu maka ada suatu usaha untuk menguji kembali aspek-aspek sejarah pendidikan agama bagi kaum kulit hitam, dan membangkitkan isu-isu krusial demi pengembangan pendidikan masa kini yang relevan. Berkaitan dengan perjuangan itu orang-orang kulit hitam sendiri harus menempatkan situasi mereka itu dan meresponi melalui proses pendidikan, menekankan pada pentingnya pembebasan, menekankan pada kemampuan menolong diri sendiri, baik dalam dimensi social, maupun ethik dalam pendidikan.
Pendidikan Kristen harus diarahkan dalam prespektif kulit hitam itu sendiri, yaitu menemukan makna perjuangan bagi pembebasan dan kesejajaran keadilan dalam semangat Kristus, dalam pnyembahan, hubungan dengan semua manusia, pekerjaan sehari-hari sehingga kurikulum untuk pendidikan agama orang kulit hitam haruslah sekumpulan dari semua pembelajaran dari sebuah refleksi teologis terhadap pengalaman kulit hitam yang mempersiapkan setiap pribadi untuk perjuangan bagi keadilan dan pengasuhan mereka dalam iman Kristen.
- Bab 16. Perubahan Pola-Pola Kurikulum Protestan
Kurikulum yang dipahami sebagai suatu keseluruhan pengalaman pembelajaran yang dibatasi oleh pengalaman-pengalaman yang telah direncanakan dalam lingkungan pembelajaran. Pada permulaan atau kekristenan tradisional kurikulum hanya memuat kredo, perintah-perintah, doa Bapa kami, yang dilatihkan melalui pembelajaran dalam bentuk pertanyaan dan jawaban atau yang lazim kita sebut sebagai katekismus. Pada abad 19 tekanan pembelajaran dalam Pendidikan Kristen lebih banyak ditekankan pada pemahaman biblika bersamaan dengan fenomena berkembangnya sekolah-sekolah minggu. Pada abad 20an gereja-gereja yang tergabung dalam persekutuan Gereja-Gereja di Amerika meresponi beberapa perkembangan dalam bidang teologi biblika dengan mengembangkan Pendidikan Kristen, terutama berkaitan dengan pengembangan dan pembangunannya dalam pendekatan-pendekatan kurikulum, yaitu pemahaman terhadap Firman, Penafsiran Firman, Firman yang hidup, dan implementasi Firman. Isu-isu yang berkembang berkaitan dengan kurikulum yang menarik adalah pola hubungan antara materi-materi biblika terhadap materi-materi yang berorientasi pada pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar